Abu Nawas merupakan salah satu tokoh populer dari dongeng 1001 Malam. Meski terkadang konyol, tapi ada juga kisahnya yang memberi banyak pelajaran. Contohnya adalah hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir yang bisa kamu baca berikut Abu Nawas dan lelaki kikir ini merupakan bagian dari kisah 1001 Malam yang sudah mendunia. Maka, tak mengherankan jika kisah tersebut sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa yang menceritakan tentang seorang laki-laki yang kurang bersyukur ini sangatlah menarik dan mengandung nasihat yang baik. Jadi, selain bisa refreshing, kamu juga akan mndapatkan pelajaran berharga tentang hanya ringkasan hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir saja, kamu pun dapat menemukan ulasan singkat mengenai unsur intrinsik, pesan moral, hingga fakta-fakta menarik tentang kisah tersebut. Nah daripada kebanyakan basa-basi, langsung saja cek selengkapnya di bawah ini, ya! Alkisah, hiduplah seorang lelaki yang memiliki sifat kikir. Tak hanya pada keluarganya, tetapi pada dirinya sendiri juga begitu. Ia sudah menikah dan dikaruniai tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Keluarga tersebut tinggal di sebuah rumah yang bisa dibilang cukup besar. Namun entah mengapa, lelaki tersebut merasa kalau rumahnya terlalu sempit. Sebenarnya, ia bisa saja merogoh kocek untuk memperluas rumahnya. Namun karena dasarnya kikir, ia tentu saja tidak mau melakukan hal tersebut. Berhari-hari, dirinya memikirkan bagaimana caranya untuk merenovasi rumahnya tanpa mengeluarkan uang. Kemudian, ia memiliki ide untuk menemui Abu Nawas. Di kampung tersebut, Abu Nawas memang dikenal sebagai orang yang cerdik. Banyak orang yang datang kepadanya untuk meminta nasihat. Pergi Menemui Abu Nawas Pria kikir itu pergi ke rumah Abu Nawas. Sesampainya di sana, ia pun memberi salam, “Salam, hai Abu Nawas, semoga engkau selamat sejahtera.” “Salam juga untukmu wahai orang asing. Ada apa gerangan engkau mendatangi rumahku yang reot ini?” tanyanya. Laki-laki tersebut kemudian menceritakan hal yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya. Ia menginginkan rumah yang luas, tetapi tanpa mengeluarkan banyak biaya. Ia meminta pada Abu untuk memberinya jalan keluar. Setelah menyimak dengan seksama apa yang dibicarakan oleh lelaki itu, Abu Nawas kemudian berpikir sejenak. Katanya, “Apabila engkau menginginkan kediaman yang lebih luas, sekarang belilah sepasang ayam jantan dan betina. Setelah itu, buatkan kandang di dalam rumahmu.” “Tiga hari lagi, datanglah ke sini. Laporkan bagaimana keadaan rumahmu padaku,” lanjutnya. Pria tersebut sebenarnya kurang paham mengenai korelasi rumahnya menjadi luas dengan ayam-ayam tersebut. Namun, ia akhirnya membelinya juga. Sepulang dari rumah Abu, ia pergi ke pasar untuk membeli sepasang ayam. Setelah itu, ayam-ayam itu dibawanya ke rumah dan dibuatkan kandang di dalam. Baca juga Legenda Si Penakluk Rajawali Asal Sulawesi Selatan dan Ulasan Menariknya, Pelajaran Berharga tentang Ketulusan Menambahkan Sepasang Bebek Sesuai dengan perjanjian, pria kikir itu datang kembali. Abu Nawas kemudian bertanya, “Bagaimana? Apakah rumahmu menjadi tambah luas?” Dengan sedikit kesal, lelaki tersebut menjawab, “Engkau yakin idemu tersebut memang benar? Bukannya tambah luas, tetapi rumahku menjadi kacau karena ayam-ayam itu. Tak hanya membuat rumah jadi bau, tetapi juga berantakan.” Mendengar jawaban tersebut, Abu hanya tersenyum. Kemudian berkata, “Kalau begitu, sekarang tambahkan sepasang bebek dan buatkan kandang lagi. Kembalilah dalam tiga hari.” Si pria kikir kaget mendengar perkataan Abu Nawas. Ia pun merutuk dalam hati karena nanti rumahnya pasti akan terlihat seperti peternakan. Namun karena tidak berani membantah, ia lalu pergi ke pasar dan membeli sepasang bebek. Tak lupa juga, ia membuatkan kandang untuk peliharaan barunya. Membeli Seekor Kambing Tiga hari kemudian, laki-laki kikir tersebut kembali menemui Abu Nawas. Seperti biasa, Abu menanyakan bagaimana keadaan rumahnya. Lalu begini jawabnya, “Abu Nawas, tolonglah jangan mengerjaiku lagi. Bukannya bertambah luas, rumahku malah semakin sempit. Sekarang juga menjadi mirip pasar unggas dengan bau yang sangat tidak enak.” “Wah bagus sekali kalau begitu. Sekarang tambahkan seekor kambing dan buatkan kandang juga di dalam rumah. Setelah itu seperti biasa, datanglah ke sini tiga hari lagi.” Pria kikir tersebut tentu saja merasa jengkel. Katanya, “Apakah engkau sudah gila, Abu? Beberapa hari lalu sudah ayam dan bebek, sekarang masih ditambah kambing? Memangnya tidak ada cara lain?” “Sudahlah lakukan saja. Engkau tidak boleh membantah,” putus Abu Nawas. Lelaki itu pun menjadi lesu. Ia sebenarnya tak mau melakukannya, tapi ini perintah Abu Nawas. Lalu, berangkatlah ia ke pasar membeli kambing seperti yang diperintahkan. Baca juga Legenda Batu Golog dari Nusa Tenggara Barat dan Ulasan Lengkapnya, Sebuah Pesan Bijak untuk Para Orang Tua Awal Sebuah Penyelesaian Beberapa hari kemudian, Abu Nawas sudah menyambut si pria kikir di depan rumahnya. Katanya, “Bagaimana? Apakah rumahmu sudah membesar sekarang?” Dengan perasaan yang campur aduk, lelaki itu menjawab, “Saat ini, rumahku rasanya benar-benar seperti di neraka. Setiap hari istriku tak berhenti mengomel. Anak-anakku juga menangis.” “Selain itu, ayam, bebek, dan kambing mengeluarkan suara bersahut-sahutan. Rumahku jadi bau, panas, dan sumpek. Jadi sekarang, tolonglah engkau jangan menyuruhku melakukan hal yang aneh-aneh,” lanjutnya. Kali ini, Abu Nawas tak menyuruhnya untuk membeli hewan lagi. Akan tetapi, ia menyuruh lelaki tersebut untuk menjual kambingnya ke pasar. Sejujurnya, si lelaki kikir tidak mengerti jalan pikiran Abu Nawas. Kemarin, dirinya disuruh untuk membeli kambing, tetapi kenapa sekarang malah dijual? Tak mau terlalu memusingkannya, ia kemudian pergi melakukan apa yang telah diperintahkan. Rumah Kembali Lega Esok harinya, pagi-pagi sekali, pria kikir itu ke kembali ke rumah Abu Nawas. Ia berkata kalau rumahnya sekarang sudah jauh lebih baik. Suasananya menjadi sedikit lebih tenang setelah kambingnya dijual. Setelah itu, Abu Nawas menyuruhnya untuk menjual sepasang bebeknya ke pasar. Lelaki kikir itu keesokan harinya kembali lagi. Katanya, “Hari ini aku lebih senang. Rumahku tidak terlalu sumpek dan bau setelah bebek-bebek itu pergi. Anak-anakku juga sudah tidak sering menangis lagi.” Selanjutnya, ia disuruh oleh Abu Nawas untuk menjual ayam-ayamnya. Kemudian, ia datang lagi besoknya. Abu berkata, “Kulihat-lihat, wajahmu berseri-seri hari ini. Bagaimana? Apakah ada perubahan di rumahmu?” Sambil tersenyum, pria itu menjawab, “Rumahku sekarang rasanya sanglah lega, Abu. Ayam, bebek, kambing, beserta kandang-kandangnya sudah tidak ada sehingga tidak berisik dan bau.” “Istriku pun sudah tidak mengomel-ngomel lagi. Dan, anak-anakku juga tidak rewel lagi,” lanjutnya. Mendengar perkataan si lelaki kikir, Abu kemudian berkata, “Engkau sekarang bisa melihat, kan? Rumahmu terasa lebih luas, padahal tidak menambahkan apa pun.” Lanjutnya, “Ketahuilah, sebenarnya rumahmu itu sudah cukup luas. Hanya saja, hatimu sempit sehingga tak bisa melihat hal itu. Mulai sekarang, engkau harus banyak-banyak bersyukur. Di luar sana, masih banyak orang yang tidak memiliki rumah sepertimu.” Akhirnya, pria kikir tersebut memahami dan paham dengan apa yang dilakukan oleh Abu Nawas selama ini. Ia pun merasa sangat malu. Dalam hatinya, ia berterima kasih karena sudah diingatkan akan betapa pentingnya bersyukur. Baca juga Legenda Asal Usul Burung Cendrawasih dan Ulasannya, Kisah Si Burung Surga yang Mengandung Amanat Bermakna Unsur-Unsur Intrinsik Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir Sumber Majalah Missi Gimana? Seru banget, kan, ringkasan cerita Abu Nawas dan lelaki kikir di atas? Nah selanjutnya, di sini kamu akan menemukan penjelasan singkat unsur-unsur intrinsik dari kisah ini. 1. Tema Inti cerita atau tema hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir ini adalah tentang bersyukur. Di kehidupan nyata, kamu bisa jadi sudah sering menjumpai sosok seperti lelaki kikir ini. Atau, kamu mungkin adalah salah satunya? 2. Tokoh dan Perwatakan Pada hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir ini, hanya ada dua tokoh yang akan dibahas secara lebih detail. Yang pertama tentu saja adalah Abu. Abu Nawas merupakan sosok yang cerdik dan bijaksana. Ia tidak mau hanya menyuruh dan menasihati orang lewat kata-kata saja, tetapi juga tindakan. Itulah mengapa, ia menyuruh lelaki kikir untuk melakukan hal seperti membeli ayam, bebek, dan kambing. Selanjutnya, si lelaki kikir. Ia merupakan orang yang kurang bersyukur dan sangat pelit. Meskipun begitu, ia adalah orang yang penurut dan mau berbesar hati mengakui kesalahan. 3. Latar dari Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir Secara umum, latar tempat dari kisah tersebut adalah di daerah Persia atau Arab. Namun secara spesifiknya, kamu juga bisa menemukan latar tempat terjadinya cerita tersebut, yaitu rumah si lelaki kikir, pasar, dan rumah Abu Nawas. 4. Alur Sementara itu, alur dari cerita Abu Nawas dan lelaki kikir ini menggunakan alur maju. Di sini, penulis menceritakan peristiwa dari awal munculnya permasalahan hingga selesainya. 5. Pesan Moral Ada beberapa amanat atau pesan moral yang bisa kamu ambil dari dongeng Abu Nawas dan lelaki kikir ini. Salah satunya adalah harus banyak-banyak bersyukur. Kamu harus bijak dalam bersikap. Sesekali jangan hanya melihat ke atas saja, tetapi juga ke bawah. Di luar sana, masih banyak sekali orang yang mungkin tidak seberuntung dirimu. Selain unsur-unsur intrinsik, ada juga ekstrinsik yang membangun cerita tersebut. Unsur ekstrinsik biasanya berhubungan dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai. Baca juga Kisah Si Kancil dan Si Gajah beserta Ulasan Lengkapnya, Fabel Menarik yang Mengandung Pesan Bermakna Fakta Menarik tentang Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir Sumber Wikimedia Commons Setelah menyimak penjelasan unsur ekstrinsik, berikut ini ada fakta menarik tentang hikayat Abu Nawas yang sayang jika dilewatkan. 1. Mengenai Sosok Abu Nawas Sosok Abu Nas ini memang terkenal sekali. Namun ,pernahkah kamu bertanya-tanya apakah sosoknya nyata atau tidak? Jawabannya adalah nyata. Dalam bukunya yang berjudul Abu Nawas A Genius of Poetry, Philip Kennedy menyatakan kalau sosok tersebut bernama asli Abu Ali al-Hasan bin al-Hakami yang lahir pada tahun 756 Masehi di Persia. Ia adalah seorang penyair dan penulis cerita. Kebanyakan kisah-kisah lucu tentangnya merupakan pengalaman hidupnya sendiri. Sayang sekali, hidupnya berakhir mengenaskan. Ia meninggal setelah dianiaya oleh keluarga bangsawan yang iri padanya. Baca juga Legenda Watu Maladong dari Nusa Tenggara Timur, Batu Sakti yang Menyuburkan Sumba, Beserta Ulasan Menariknya Sudah Puas Menyimak Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir Ini? Itulah tadi ringkasan cerita, unsur-unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik dari hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir. Semoga kamu bisa mengambil pelajaran dari kisah tersebut, ya! Kalau masih kurang, kamu bisa membaca petualangan Abu Nawas yang lainnya. Contohnya adalah Abu Nawas merayu Tuhan, Abu Nawas dan Botol Ajaib, Abu Nawas dan Keledai, dan lain-lain. Tak hanya itu saja, kamu pun dapat menyimak legenda nusantara, dongeng Barat, serta kisah para nabi di sini. Pokoknya lengkap banget, deh! Baca terus PosKata, yuk! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7.
Keputusanpermohonan Editor Sarawak Report, Clare Rewcastle-Brown untuk membatalkan pertuduhan mengeluarkan kenyataan memfitnah Sultanah Terengganu, Sultanah Nur Zahirah akan diketahui 12 Ogos depan. ia berikutan hakim Mahkamah Tinggi Kuala Lumpur, Mohamed Zaini Mazlan yang sepatutnya membuat keputusan itu pada Jumaat tidak sihat. Adik - adik cerita sang kancil memang sangat paling di minati oleh anak-anak, dongeng si kancil mempunya banyak kisah dan judul dengan karakter kancil yang cerdik dan pintar. Adik-adik tentu suka membaca juga kan. Kali ini kaka akan menuliskan cerita kancil dengan judul "KANCIL HAKIM YANG CERDIK", mari adik-adik kita lanjutkan membaca ceritanya. Search suggest kancil menjadi hakim, hakim binatang, cerita rimba, kancil yang cerdik, cerpen kancil, dongeng kancil, kancil dan buaya, cerita sang kancil, sang kancil Hakim Yang Cerdik Memperdaya Buaya Pada suatu hari ditepi hutan yang subur ada tiga ekor Sapi, mereka adalah Sapi betina, Sapi jantan dan anak mereka seekor Sapi yang baru beranjak remaja. Tampak pemandangan tepi hutan yang indah dan rumput yang hijau tumbuh subur membuat mereka gembira. Terlihat anak Sapi berlarian kesana kemari. "Bu saya mau jalan ke tepi sungai" "Boleh tapi jangan jauh-jauh ya!" jawab Ibu Sapi "iya Bu . . !" Sapi muda itu pun berjalan pergi ketepi sungai, ia melihat banyak hewan-hewan kecil di sekitar sungai. Hatinya senang saat melihat katak berloncatan kian kemari. Dongeng kancil Tak terasa ia pun sudah jauh meninggalkan tempat kedua orang tuanya. "Toolooong . . .!" tiba-tiba si Sapi muda mendengar suara merintih minta tolong. Aih, ternyata didepan sana ada seekor Buaya sedang tertindih batang pohon yang patah. "Tolong, tolong lah aku . . ." rintih siBuaya dengan suara sangat memelas. "Kau ini kenapa Buaya" tanya Sapi sambil mendekat "Aduh Sapi yang baik, sudah dua hari aku tertindih kayu besar ini" "Siapakah yang menindihmu dengan batang kayu besar ini Buaya" Tanya Sapi lagi. "gara-gara gempa bumi dua hari yang lalau. dan sekarang tolong lah aku Sapi yang baik" Jawab si Buaya "Ah, aku rasa aku tidak akan bisa menolong mu" Kata Sapi "Lho, kenapa? kau pasti kuat mendorong kayu yang menindihku ini." "Kuat sih kuat Buaya, tapi. . . . .!!" "Tapi kenapa Sapi?" Anak Sapi itu teringat pesan-pesan dari ibunya bahwa bangsa Buaya tidak bisa dipercaya, mereka mempunyai sifat licik sekali dan suka makan daging hewan lainnya. "Tidak Buaya, aku ingat pesan Ibuku dan aku tidak mau menolong mu Buaya" Kata Sapi."Kalau kau ku tolong nanti jangan-jangan kau akan memangsaku Buaya. ." "Jangan kuatir Sapi, aku tidak akan melukai mu." "Tidak Buaya . .! Aku tidak bisa mempercayaimu." "Oh, Sapi yang baik. Apakah kau tidak kasihan kepadaku, sudah dua hari aku tersiksa begini, tak bisa makan tak bisa minum, dan dada aku pun terasa sangat sesak Sapi" rayu si Buaya. "Tapi kau binatang jahat Buaya" "Oh Sapi yang baik, itu kan dulu. Dan setelah tertindih kayu begini sekarang aku sadar bahwa aku memerlukan hewan lain, maka sekarang ini aku sudah bertobat, tolonglah aku Sapi, huk..huk..huk. . ." Rayu Buaya sambil mengeluarkan air mata. Sapi muda itu pun mulai terpengaruh oleh rayuan Buaya, dan lama-lama Sapi pun merasa kasihan juga terhadap Buaya. "Baiklah Buaya, aku akan menolongmu, tapi kau harus janji Buaya, nanti setelah aku tolong kau jangan memakan atau mencelakakan aku Buaya" "Iya aku janji Sapi, percayalah" jawab Buaya. Lalu Sapi muda pun berusaha menolong Buaya dengan mendorong kayu sekuat tenaga, dan akhirnya plong! Buaya terlepas dari tindihan batang kayu. Tapi....astaga! begitu Buaya sudah bebas dan terlepas dari tindihan kayu Buaya itu langsung meloncat ke punggung Sapi dan menerkam punuk si Sapi. dongeng untuk anak "Aduuhh..!" pekik Sapi kesakitan. "kenapa kau menggigit punukku Buaya?" "Lho, aku kan sudah minta tolong kepadamu Sapi, bahwa aku tertindih kayu selama dua hari, tidak makan dan tidak minum. Sekarang kau harus menolongku agar aku bebas dari rasa haus dan lapar." kata si Buaya. "Dengan memakan dagingku?" tukas Sapi. "Betul Sapi, sekaligus meminum darahmu." "Dasar Buaya licik, tidak tahu balas budi!" "Sudahlah Sapi muda yang bodoh!" sergah Buaya."kau terima saja nasibmu." "Tidak Buaya, ini tidak adil" teriak Sapi. "Lho, ini sudah hukum rimba Sapi, Siapa yang kuat dialah yang menang" "Tidak Buaya, aku tidak bisa terima." tukas Sapi. "Kau bisa bertanya pada makhluk yang lain, boleh hewan ataupun benda apa saja, pasti mereka akan membenarkanku" Sahut Buaya. "Ya, aku akan meminta keadilan pada yang lain" kata Sapi. Datang pertolongan kancil ditunjuk sebagai hakim Dan kebetulan saat itu ada tikar lapuk hanyut di sungai. Sapi menceritakan kejadian yang menimpanya dan meminta pendapat tikar lapuk. Apa jawabannya? "Itu sudah benar, terimalah nasibmu. Aku juga mengalaminya, ketika aku masih dalam keadaan baru aku di pakai, jika aku kotor aku dibersihkan tapi setelah ku lapuk dan banyak yang bolong aku dibuang begitu saja kesungai" jawab Tikar lapuk. "Nah, benarkan kataku Sapi" sahut Buaya. "Tidak, nah itu ada keranjang hanyut." protes Sapi. Tapi ketika keranjang itu di tanya jawabannya persis seperti tikar "ketika masih baru da masih utuh aku dipakai, kini setelah rusak aku dibuang begitu saja kesungai" "Nah, benar'kan?" sahut Buaya. Tiba-tiba ada seekor bebek betina tua berenang, Sapi dan Buaya pun meminta pendapat bebek. "Kukira Buaya benar, sebab manusia juga kejam, ketika aku masih muda dan bisa bertelur aku dipelihara, sekarang ketika aku mau disembelih, untungnya aku bisa melarikan diri, jadi tirulah perbuatan manusia, mereka mau enaknya sendiri" "Hohoho... kau mau mengadu kemana lagi Sapi." Saat itu kebetulan kancil lewat didepan Buaya dan Sapi. Kali ini Buaya yang meminta pendapat kancil. Buaya juga yakin kalau kancil juga akan membenarkan pendiriannya. "Kalau aku diminta menjadi hakim, aku harus tahu awal kejadiannya." kata kancil."Apakah kalian keberatan jika mengulang awal kejadian yang kalian alamai?" "Tidak! aku tidak keberatan." sahut Buaya. dongeng anak Maka dilakukanlah pengulangan itu. Buaya kembali ketempatnya semula dan Sapi mengembalikan kayu yang semula menindih Buaya kepunggung Buaya. "Benarkah kejadiannya seperti ini?" tanya kancil "Benar!" jawab Sapi dan Buaya bersamaan "lalu Buaya memanggilku agar aku mau menolongnya" sahut Sapi Kancil mendekati Sapi dan berbisik kepada Sapi "Ayo Sapi kita tinggalkan saja Buaya jahat ini. Tidak usah kau tolong" Sapi baru sadar inilah kesempatan baginya lolos dari bahaya maut. Tanpa basa basi lagi Sapi mengikuti arah lari kancil yang sudah meloncat lri lebih dulu. "Hei..... tunggu.... ! Jangan pergi dulu.... !" teriak Buaya. Tapi Sapi dan kancil tidak menghiraukannya. Baca juga cerita lainnya Kancil Dan Siput Lomba Berlari Hikmah Cerita Adik-adik yang baik dari cerita pendek tadi kita bisa ambil hikmahnya. Bahwa mempunyai sifat yang Rakus dan tidak tahu balas budi akibatnya bisa celaka. Nah adik-adik yang baik sekian cerita kancil yang cerdik dari kakak, baca lagi yuk, cerita-cerita kancil lainnya.Apakah kamu sedang mencari kisah yang tidak hanya seru untuk dibaca, tetapi juga memberikan teladan yang baik? Jika iya, mungkin kamu bisa mempertimbangkan untuk membaca hikayat Abu Nawas tentang Pesan untuk Hakim di bawah ini. Langsung saja disimak, ya!Kamu mungkin sudah tidak asing lagi saat mendengar nama Abu Nawas, kan? Pria yang dikenal cerdik meskipun kadang nyeleneh ini memang memiliki banyak sekali cerita seru. Salah satunya adalah hikayat Abu Nawas Pesan untuk Para Hakim yang akan kamu baca yang mengisahkan tentang pentingnya menjaga profesionalitas dalam bekerja ini bagus sekali untuk dibaca. Tentunya, akan lebih baik jika kamu pun menjalankannya pesan tersebut dalam kehidupan hanya ringkasan ceritanya, kamu juga bisa menyimak tentang unsur intrinsik serta fakta menarik dari Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim di bawah ini! Daripada semakin penasaran, langsung saja disimak, yuk! Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pria bernama Abu Nawas. Ia tinggal di kota Baghdad bersama ayahnya. Sang ayah merupakan seorang penghulu istana atau kadi bernama Maulana. Untuk yang belum tahu, pekerjaan seorang kadi adalah seperti hakim yang bertugas untuk menyelesaikan masalah. Hingga kemudian, ayah dari Abu Nawas yang sudah tua tersebut menderita sakit yang cukup parah dan meninggal dunia. Sebagai anak yang berbakti, Abu kemudian mengurus ayahnya hingga ke pemakaman. Melihat kepiawaiannya dalam mengurus sang ayah, diam-diam Sultan Harun Al Rasyid ingin mengangkatnya menjadi kadi untuk menggantikan ayahnya. Namun, setelah acara pemakaman ayahnya selesai, ia tiba-tiba berubah menjadi gila. Ia mengambil batang pelepah pisang lalu dijadikan sebagai kuda-kudaan. Tingkah anehnya tidak berhenti sampai di situ saja. Keesokan harinya, ia mengajak anak-anak yang cukup banyak untuk memukul rebana dan menari-nari di atas makam ayahnya. Kelakuan aneh Abu Nawas itu membuat banyak orang merasa keheranan. Ia dianggap menjadi gila karena ditinggalkan oleh ayahnya untuk selama-lamanya. Dipanggil Menghadap Raja Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali beberapa pengawal Sultan sudah tiba di rumah Abu Nawas. Mereka menjalankan perintah raja untuk menjemputnya ke istana. “Hai Abu Nawas, engkau diperintah oleh sultan untuk menghadap ke istana,” kata si ketua pengawal. “Buat apa lagi sultan memanggilku? Aku, kan, tidak ada keperluan dengannya,” jawabnya enteng. Kata-kata tersebut tentu saja membuat para pengawal yang mendengarnya kaget. Jawaban seperti itu dianggap tidak menghormati sang raja. Setelah ditegur, bukannya menyadari perkataannya, Abu Nawas malah semakin bertingkah aneh. Ia menyuruh para pengawal untuk memandikan “kudanya” di sungai. Para pengawal pun geleng-geleng melihat kelakuannya. Mengabaikan hal tersebut, mereka berusaha membujuk Abu Nawas untuk ke istana. Lagi-lagi, laki-laki itu bersikeras untuk menolaknya. Ia kemudian mengatakan, “Katakan pada rajamu, aku sudah tahu dan aku tidak mau.” Benar-benar tak masuk akal. Baca juga Kisah tentang Si Itik yang Buruk Rupa dan Ulasan Menariknya, Pelajaran untuk Mencintai Diri Sendiri Dipaksa untuk ke Istana Para pengawal kemudian melapor kalau tidak bisa membawa Abu Nawas ke istana. Hal itu tentu saja membuat sultan sangat jengkel. “Kalian semua memang bodoh. Membawa Abu Nawas ke sini saja tidak becus. Aku tidak mau tahu, bawa ia ke sini sekarang juga, entah itu dengan sukarela atau paksa,” putusnya. Pengawal itu kemudian kembali lagi ke rumah Abu dan menyeretnya ke hadapan sultan. Di sini, lelaki itu masih saja bertingkah sangat aneh. Ia pun mendapat teguran dari sultan untuk menjaga sikapnya. Namun, Abu malah semakin berani dan berkata, “Baginda… terasi itu asalnya dari udang!” Baginda raja pun tersulut kemarahannya. Katanya, “Kamu memang kurang ajar sekali karena berani menghinaku.” “Bukan begitu, Baginda! Kan memang benar, siapa bilang udang berasal dari terasi?” jawabnya dengan tanpa dosa. Sultan Harun yang seudah terlampau jengkel dengan kelakuan Abu kemudian menjatuhkan hukuman untuknya. “Pengawal! Hajarlah Abu Nawas dan pukullah sebanyak dua puluh lima kali.” Laki-laki yang kurus kering itu kemudian dipukul sebanyak dua puluh lima kali oleh pengawal-pengawal istana. Setelah itu, ia disuruh pergi. Dipalak oleh Penjaga Pintu Gerbang Kota Sesampainya di gerbang, seorang penjaga sudah mencegat Abu Nawas. Rupanya, ia ingin menagih janji. Beberapa hari lalu, Abu dan penjaga tersebut mengadakan perjanjian. Sang penjaga tahu kalau lelaki itu sering dipanggil raja dan diberi hadiah. Maka dari itu, ia meminta separuhnya. “Abu, kamu tentu tidak lupa dengan perjanjian kita, kan? Mana berikan bagianku sekarang!” katanya. “Benarkah kamu menginginkan hadiah itu? Kalau iya, tak hanya aku berikan separuh. Seluruhnya pun akan kuberikan.” “Ternyata kamu baik sekali, ya. Tapi memang seharusnya begitu, kamu kan sudah sering mendapatkan hadiah dari raja.” Tanpa membuang-buang waktu lagi, penjaga tersebut dipukul dengan menggunakan kayu yang cukup besar. Ia tentu saja berteriak-teriak kesakitan dan benar-benar menganggap kalau Abu Nawas sudah gila. Baca juga Legenda Watu Maladong dari Nusa Tenggara Timur, Batu Sakti yang Menyuburkan Sumba, Beserta Ulasan Menariknya Kembali Menghadap Raja Keesokan harinya, penjaga gerbang kota mengadukan perbuatan Abu Nawas ke raja. Seperti orang yang teraniaya, ia mengatakan pada Sultan Harun kalau ia dipukuli padahal tidak melakukan kesalahan. Beberapa saat kemudian, pengawal membawa Abu ke hadapan sultan. “Benarkah engkau memukuli penjaga gerbang ini sebanyak dua puluh lima kali?” tanyanya. “Benar, Baginda. Namun, hamba melakukannya karena sudah sepatutnya ia menerima itu,” jawab Abu tenang. Ia kemudian menceritakan pada sultan mengenai perjanjian yang disepakatinya dengan penjaga tersebut. Dirinya juga mengatakan kalau kali ini sedang berbaik hati sehingga memberikan semua hadiahnya. “Benarkah apa yang dikatakan oleh Abu Nawas ini?” tanya sultan yang kemudian dibenarkan oleh si penjaga gerbang. Setelah itu, ia juga mengakui dirinya tak menyangka jika Abu Nawas ternyata mendapatkan hadiah pukulan. “Kalau begitu, Abu Nawas tidak salah. Namun dengan kejadian ini, aku jadi tahu bagaimana sifatmu sebenarnya. Setelah ini, terimalah hukumanmu.” Setelah penjaga itu pergi dibawa oleh pengawal, Abu Nawas kemudian berkata, “Baginda, hamba yang sudah lelah ini tiba-tiba tadi diseret kemari padahal tidak salah. Kalau begitu, hamba minta ganti rugi karena jatah istirahat hamba sudah hilang.” Bukannya marah, Sultah Harun al Rasyid malah tergelak. “Ha…ha…ha… engkau tak perlu mencemaskan hal itu, Abu Nawas,” katanya sembari memberikan sekantong uang perak kepadanya. Ia pun pulang dengan penuh sukacita. Meskipun begitu, ia tetap saja bertingkah konyol dan semakin aneh. Mempertimbangkan Abu Nawas Menjadi Kadi Beberapa waktu kemudian, Sultan Harun Al Rasyid mengadakan pertemuan dengan para menterinya. Ia meminta pendapat mereka semua untuk mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi, menggantikan ayahnya. Hal itu tentu saja ditentang oleh para menterinya. Terlebih lagi, laki-laki tersebut memang tingkahnya seperti orang gila dan aneh. Mereka pun menyarankan untuk memilih orang lain saja. Namun agaknya, sang sultan benar-benar menyukai Abu Nawas sehingga memberikan waktu hingga lelaki itu sembuh. Setelah lewat dari waktu yang ditetapkan, Abu Nawas tetap tidak menunjukkan tanda-tanda akan sembuh. Maka dari itu, dengan terpaksa sultan pun mengangkat orang lain. Orang tersebut bernama Polan. Ia memang sudah dikenal berambisi menjadi seorang kadi sejak dulu. Sementara itu di tempat lain, Abu Nawas yang mendengar kabar tersebut merasa bersyukur sekaligus menyayangkan. Bukan berarti ia menyesal telah menolak, hanya saja orang tersebut dikenal memiliki perangai yang kurang baik. Akan tetapi, itu lebih baik daripada ia yang harus memangku jabatan tersebut. Karena selama ini, ia memang berpura-pura gila supaya tidak ditunjuk. Baca juga Legenda Asal Usul Burung Cendrawasih dan Ulasannya, Kisah Si Burung Surga yang Mengandung Amanat Bermakna Alasan Abu Nawas Pura-Pura Gila Sebelum meninggal dunia, sang ayah menyuruh Abu Nawas untuk mencium telinga kanan dan kirinya. Saat melakukan hal tersebut, ia sungguh terkejut sekali. Katanya, “Ayah, ini sungguh mengherankan. Telinga Ayah yang sebelah kanan berbau harum. Namun, yang sebelah kiri sungguh busuk bukan main.” Mendengar jawaban tersebut, sang ayah kemudian menceritakan penyebabnya. Dulu sewaktu masih menjadi kadi, ia didatangi oleh dua orang yang sedang menghadapi masalah. Ada satu orang yang ia dengarkan dengan seksama. Sementara itu, yang satunya tidak digubrisnya karena ia tidak menyukai orang tersebut. Padahal sebagai seorang kadi, ia seharusnya memperlakukan kedua orang tersebut dengan sama. Sang ayah kemudian berkata kalau Abu Nawas menyukai dan nantinya mau menjadi kadi, ia bisa saja memiliki nasib yang sama. Namun kalau tidak suka, sebisa mungkin ia memberikan alasan yang tidak masuk akal supaya tidak terpilih. Maka dari itu, ia memilih berpura-pura menjadi gila supaya tidak ditunjuk menjadi kadi. Meskipun begitu, ia tetap sering dipanggil ke istana untuk dimintai pendapat oleh sang sultan. Baca juga Kisah Suri Ikun dan Dua Burung Beserta Ulasan Menariknya, Dongeng Adik Bungsu yang Dibenci oleh Kakak-Kakaknya Unsur-Unsur Intrinsik Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim sumber Wikimedia Commons Cerita di atas memang cukup panjang. Meskipun begitu, tetap seru dan menarik untuk dibaca, kan? Nah selanjutnya, di sini kamu juga akan menyimak penjelasan singkat mengenai unsur-unsur intrinsik dari hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim ini. 1. Tema Inti cerita atau tema dari hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim tersebut adalah tentang menjalankan pekerjaan dengan bertanggung jawab. Karena kalau tidak, nanti bisa jadi memiliki nasib seperti ayah Abu yang mendapatkan azab dari Tuhan. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada beberapa tokoh dari Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim yang akan dianalisis. Yang pertama tentu saja adalah Abu Nawas. Ia sebenarnya adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan cerdik. Saking cerdiknya, ia menggunakan keahliannya itu untuk menghindari diberi tanggung jawab sebagai kadi. Hal itu dikarenakan ia tidak mau berakhir seperti ayahnya. Selanjutnya, ada Sultan Harun Al Rasyid. Ia sebenarnya raja yang baik dan bertanggung jawab. Hanya saja mudah marah, apalagi jika ada orang yang tidak sopan di hadapannya. Tokoh yang ketiga, yakni penjaga pintu gerbang. Lelaki tersebut tamak, iri, dan ingin merebut rezeki orang lain. Yang terakhir ada Ayah Abu Nawas. Ia kurang bisa profesional dalam bekerja. Hanya karena memiliki masalah pribadi, ia tidak mau mendengarkan masalah kliennya. 3. Latar Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim Seperti yang tertulis di awal cerita, secara umum kisah tersebut memiliki latar tempat di Baghdad. Untuk lebih spesifiknya juga sudah dituliskan, kok. Beberapa di antaranya adalah istana, rumah Abu, dan tempat pemakaman ayah Abu . 4. Alur Untuk alur hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim ini menggunakan alur campuran. Kisahnya dimulai dari ayah Abu yang meninggal dunia. Setelah itu, ia kemudian bertindak aneh. Orang-orang pun menyangka dirinya gila karena kepergian ayahnya. Kelakuan aneh Abu semakin lama semakin meresahkan. Terlebih lagi, ia berlaku tidak sopan kepada raja sehingga dihukum dengan dua puluh lima pukulan. Ajaibnya, ia menjadi sembuh setelah ada orang lain yang ditunjuk untuk menjadi kadi atau hakim menggantikan sang ayah. Ternyata selama ini, ia hanya berpura-pura gila karena tidak mau menjalani pekerjaan tersebut. Di akhir hidupnya, ia tidak ingin mendapatkan azab seperti apa yang terjadi pada ayahnya. 5. Pesan Moral Dari hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim ini, kamu bisa mengambil beberapa pelajaran. Salah satunya adalah untuk bertanggung jawab dalam melakukan pekerjaan. Jika memiliki masalah pribadi, jangan campur adukkan hal tersebut dengan pekerjaanmu. Hal itu hanya akan membuatmu menjadi tidak profesional dalam bekerja. Selanjutnya, jangan pernah iri dengan keberuntungan orang lain seperti penjaga gerbang. Kamu hanya melihat dari luarnya saja, belum tentu sebenarnya ia juga seberuntung itu. Dan yang terakhir, hormatilah dan rawat orang tuamu sebagaimana kamu dirawat sewaktu kecil. Merawat orang tua juga akan menjadi ladang pahala untukmu. Selain unsur-unsur intrinsik tersebut, jangan lupakan juga unsur ekstrinsik yang membangun hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim ini. Unsur ekstrinsik tersebut meliputi latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang telah dijalankan. Baca juga Cerita Rakyat Putri Siluman dari Lampung dan Ulasannya, Pelajaran tentang Kesetiaan dan Kesabaran Fakta Menarik tentang Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim Setelah menyimak penjelasan unsur-unsur intrinsiknya, berikut ini masih ada fakta menarik tentang kisah tersebut yang sayang untuk dilewatkan. 1. Mengenai Kadi Kadi atau bisa juga disebut hakim merupakan sebutan untuk pelaksana hukum Allah SWT. Sebutan tersebut biasanya digunakan di wilayah-wilayah yang menggunakan hukum Islam. Jabatan ini termasuk sangat bergengsi. Kedudukannya tak kalah penting dari khalifah dan wazir istana. Keputusan kadi dalam menjalankan tugasnya bersumber pada Alquran dan Hadist. Selain itu, seorang kadi haruslah mengedepankan kebenaran ketika bekerja, tidak seperti ayah Abu Nawas. Baca juga Kisah Dongeng Anak Gembala dan Serigala Beserta Ulasan Menariknya, Pelajaran Agar Tak Sering Berbohong Sudah Puas Menyimak Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim di Atas? Itulah tadi ringkasan cerita Abu Nawas beserta ulasannya yang bisa kamu simak di PosKata. Semoga saja, kamu tidak hanya merasa terhibur tetapi dapat memetik pelajaran dari kisah tersebut. Kalau misalnya masih ingin menyimak Dongeng 1001 malam lainnya, langsung saja cek artikel-artikel berikut. Beberapa di antaranya adalah Abu Nawas menipu gajah, Abu mencari cincin, dan Ali Baba. Di sini, tentunya juga ada berbagai legenda nusantara, dongeng Barat, dan kisah para nabi, lho. Maka dari itu, tunggu apa lagi? Baca terus artikel-artikel PosKata yang lainnya, ya! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.
Tidakbanyak, lainnya ambillah, Kambing! "Engkau aneh kelinci, anak-anaku juga membutuhkan daun pisang yang muda. Enaknya sendiri saja, minta yang muda! Eh, pergilah sebelum aku marah!. "Sungguh engkau tamak. Sudahlah, ambil semua!" Sedang mereka bertengkar, datanglah kancil, binatang cerdik dan banyak akalnya.